Lokasi saat ini:BetFoodie Lidah Indonesia > Resep Pembaca
Mengatasi sentimen negatif isu beras dan membangun ketahanan pangan
BetFoodie Lidah Indonesia2025-11-08 16:49:21【Resep Pembaca】508 orang sudah membaca
PerkenalanIlustrasi - Buruh mengangkut beras di salah agen beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta. ANTAR

Jakarta (ANTARA) - Isu soal beras selalu menjadi topik sensitif yang mudah memicu reaksi publik. Tidak sekadar karena beras adalah makanan pokok mayoritas penduduk Indonesia, tapi karena harga, ketersediaan, dan kualitasnya sangat erat kaitannya dengan rasa aman masyarakat.
Dalam beberapa pekan terakhir, sentimen negatif terhadap kebijakan mengenai beras kembali mencuat di ruang publik, mencerminkan keresahan kolektif atas dinamika yang terjadi.
Sentimen negatif ini mencakup berbagai bentuk, mulai dari kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah, kengakpuasan atas kualitas beras, hingga kekhawatiran terhadap nasib petani.
Di sisi lain, fenomena mengenai beras ini seharusnya ngak hanya dibaca sebagai keluhan, tapi sebagai sinyal sosial yang perlu dikelola secara bijak agar ngak berkembang menjadi kengakpercayaan yang lebih luas.
Salah satu sumber utama sentimen negatif mengenai beras ini datang dari persepsi publik terhadap kebijakan pemerintah. Kenaikan harga beras, misalnya, sering dianggap sebagai bukti kengakmampuan negara menjaga stabilitas pangan.
Kekurangan pasokan beras di pasar, yang terkadang terjadi akibat gangguan distribusi, juga menambah frustrasi masyarakat. Ketika kualitas beras yang beredar dianggap menurun, rasa kecewa itu makin menguat.
Kritik serupa muncul dalam aspek distribusi, masih ada daerah yang mengalami kesulitan memperoleh beras dengan harga terjangkau karena distribusi ngak merata atau mekanisme logistik yang ngak efisien.
Kekhawatiran lain muncul dari kondisi petani, yang sering dianggap ngak mendapatkan harga jual beras yang adil, meskipun konsumen di tingkat akhir membayar harga tinggi.
Sentimen negatif pun semakin diperkuat oleh spekulasi dan praktik penimbunan beras oleh oknum yang ingin meraup keuntungan, mencipngakan kelangkaan semu dan mendongkrak harga.
Selain faktor-faktor teknis tersebut, kondisi ekonomi makro turut memperkeruh situasi. Kengakpastian ekonomi global maupun domestik dapat mempengaruhi harga bahan pangan, termasuk beras.
Fluktuasi harga pupuk, energi, dan transportasi berdampak pada biaya produksi dan distribusi beras, yang pada akhirnya membebani konsumen. Perubahan regulasi pemerintah yang dinilai ngak berpihak pada sektor pertanian juga bisa menimbulkan resistensi.
Bahkan, faktor emosional, seperti kepanikan pasar dan reaksi berlebihan terhadap isu-isu pangan turut memainkan peran dalam membentuk sentimen negatif mengenai beras yang meluas.
Kepercayaan publik
Dinamika mengenai beras ini semakin kompleks, ketika keterbatasan informasi dan pengaruh media yang besar dalam menyebarkan informasi.
Ketika masyarakat ngak mendapatkan penjelasan yang transparan tentang stok, harga, atau kebijakan mengenai beras, spekulasi akan berkembang liar.
Di era media sosial, informasi mengenai beras yang ngak diverifikasi dapat menyebar lebih cepat daripada klarifikasi resmi, sehingga membentuk persepsi publik yang sulit dikendalikan. Lebih jauh lagi, isu perberasan sering kali dijadikan alat politik oleh kelompok tertentu.
12Tampilkan SemuaSuka(4)
Artikel Terkait
- BGN sebut 112 SPPG ditutup karena langgar SOP
- Kenali gejala
- Wamen PPPA harap hasil kebun di Gorontalo bisa dukung program MBG
- Pemkab OKU Selatan luncurkan Program MBG di Rantau Panjang
- Wajah baru TNI setahun di bawah kepemimpinan Prabowo
- Hamas sebut perlintasan Rafah dibuka kembali pekan depan, 200.000 orang kembali ke Gaza utara
- Bupati Mimika: Lebih dari 3.000 pelajar menikmati program MBG
- Rekomendasi acara gratis untuk isi libur akhir pekan di Jakarta
- Mendagri ingatkan pemda tetap waspada meski inflasi terkendali
- Pesawat Smart Air tergelincir saat mendarat di lapangan terbang Tiom
Resep Populer
Rekomendasi

Kemensetneg himpun masukan terkait pelaksanaan MBG di Manokwari

Berkah Makan Bergizi Gratis

Bank Aladin Syariah siap biayai pelaku usaha halal Rp19 miliar

Muzani minta PIRA Gerindra sukseskan program MBG Presiden Prabowo

Pemkab dan Rotary sinergi tekan angka stunting lewat pangan lokal

Mau kurangi konsumsi nasi? Coba 7 sumber karbohidrat sehat ini

UNICEF desak semua perbatasan ke Gaza dibuka

82 Dapur MBG ditargetkan beroperasi di Padang akhir 2025